Jumat, 15 April 2011

Wisata Budaya di Museum Batik Danar Hadi .


Tak kenal maka tak sayang. Pepatah itu menjadi ungkapan tepat ketika memotret tentang lembaran kain batik. Ya, Solo memang dikenal dengan kota batik. Karena di kota ini menjadi salah satu pusat perkembangan sejarah dari kesenian gambar di atas kain ini.
Perkembangan batik mulai dari zaman Majapahit hingga zaman sekarang yang dijadikan sebagi icon fashion adalah perjalanan yang panjang. Dan hanya mengetahui sejarah sebatas teori pun kurang afdal. Akan lebih mantap ketika melihat dan mengenalnya secara langsung.
Ya, seperti yang terekam dalam berbagai lembaran batik di Museum Batik Danar Hadi, Jalan Slamet Riyadi No 261 Surakarta. Ketika mengunjungi tempat ini, tak hanya mengetahui sejarah dari kulitnya tetapi sampai pada akarnya. Dan perasaan bangga dan cinta memiliki kain tradisional ini pun akan semakin kuat.
Di museum ini terdapat 28 jenis batik di antaranya batik Belanda, batik dengan tema pola cerita, batik China, batik Djawa Hokokai, batik Indramayu, batik Jambi, batik Nitik, batik Sembagi, batik Polikat, batik Lampung, batik Keraton Surakarta, batik Keraton Yogyakarta, batik Puro Pakualaman, juga batik Puro Mangkuneragaran.
Lantas ada juga lembaran batik Danar Hadi, batik Madura, batik Banyumasan, batik Cirebonan, batik Garut, batik Petani, batik Tuban, batik Sudagaran (Surakarta), batik Sudagaran (Yogyakarta). Ada juga batik Ciamis dan Tasikmalaya, batik Perdesaan, batik Indonesia, batik Wonogiren, batik kontemporer, dan batik suvenir.
Museum ini dirancang dengan bentuk bangunan yang disesuaikan dengan arsitektur kuno, Ndalem Wuryaningratan. Ruangan di dalam museum terbagi menjadi delapan, yang dipergunakan untuk memajang koleksi batik kuno yang terbagi menjadi sembilan jenis batik. Ini disesuaikan dengan temanya yaitu `Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan`.
Guna menjelaskan sejarah dan pola dari masing-masih batik disertai dengan penjelasannya. Para pengunjung bisa secara mudah  membaca tulisan lalu memahami. Meskipun pihak museum juga menyediakan pemandu untuk pengunjung yang datang.
Tak hanya deskripsi dan sejarahnya, di sini lembaran batik sudah ditata sesuai dengan asal muasal dan tahun kemunculannya. Guna memudahkan, di sini dilengkapi dengan panah-panah petunjuk arah yang berfungsi untuk mengurutkan antara batik sebelum dan sesudahnya ada kaitannya.
Jadi dengan ditemani suasana yang anyes ditambah dengan aura yang ditimbulkan dari bangunan kuno, para pengungjung pun akan dengan nyamannya untuk mengenal lembaran batik. Akan tetapi ketika mengunjunginya ada satu larangan, yaitu dilarang untuk memegang kain batik. Larangan ini diberlakukan sebagai bentuk perawatan batik. Seperti diketahui, tangan manusia mengandung garam yang dapat merusak kain.
Sehingga untuk menjaga batik koleksi Museum Batik Danar Hadi tersebut maka suhu pun harus diperhatikan. Untuk suhu AC yang digunakan adalah 21 derajat celsius.
“Karena kalau terlalu lembab, maka kain akan muncul jamur karena pewarna batik yang dipajang di sini masih pewarna alam. Lalu supaya tidak muncul serangga maka di sekeliling kain batik diberi merica dan untuk pengharum ruangan menggunakan kembang rampe dan ratus,”
Mengenal batik di museum ini tak hanya menikmati lembaran-lembaran batik. Karena di sini juga bisa melihat langsung proses pembuatan batik, lalu belanja batik atau melihat bangunan bersejarah yaitu Ndalem Wuryaningratan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar